Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Rasulullah ﷺ, pernah berkata, “Aku tidak pernah cemburu kepada istri-istri Rasulullah sebesar kecemburuanku kepada Khadijah, padahal aku tidak pernah berjumpa dengannya.”
Saat Rasulullah ﷺ menikahi Aisyah, Khadijah telah lama wafat. Sebelumnya, Rasulullah ﷺ juga telah menikahi Saudah binti Zam’ah. Meski Khadijah sudah meninggal, kecemburuan Aisyah terhadapnya jauh lebih besar dibandingkan kecemburuannya pada istri-istri Nabi yang lain. Hal ini menunjukkan kasih sayang Allah kepada Aisyah dan Rasulullah, agar kehidupan rumah tangga mereka tetap harmonis.
Lalu, apa yang membuat Aisyah begitu cemburu terhadap Khadijah?
Aisyah berkata, “Karena aku sering mendengar Rasulullah menyebut-nyebut namanya dan Allah pernah menyuruh beliau agar menyampaikan kabar gembira bahwa Allah telah memberinya rumah di surga. Selain itu, jika menyembelih kambing, Rasulullah membagi-bagikannya kepada teman-teman perempuan Khadijah.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari sini, kita bisa melihat betapa besar cinta dan penghormatan Rasulullah ﷺ kepada Khadijah, sampai-sampai Allah memberinya rumah di surga. Mari kita telusuri lebih dalam enam sifat Khadijah yang membuatnya begitu istimewa, bahkan menimbulkan kecemburuan pada Aisyah.
Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Saat wahyu pertama kali turun, Khadijah tidak ragu untuk menjadi pengikut pertama Rasulullah ﷺ. Meskipun kita lahir jauh setelah Khadijah, kita masih bisa meneladani keteguhan imannya. Menjadi seorang muslimah yang teguh menjaga keimanan dan selalu mengamalkan prinsip-prinsip Islam merupakan salah satu bentuk keteladanan dari Khadijah.
Khadijah adalah contoh teladan istri yang mendukung suaminya dengan sepenuh hati. Ketika Rasulullah ﷺ pertama kali menerima wahyu, beliau ketakutan dan gemetar. Khadijah dengan bijak menenangkan beliau tanpa banyak bertanya, memberikan selimut, dan membiarkannya tenang. Dukungan moral ini tidak hanya terjadi sekali, tetapi terus berlanjut sepanjang masa dakwah Rasulullah.
Selama 13 tahun pertama dakwah di Makkah, Rasulullah ﷺ menghadapi penolakan, ancaman, bahkan boikot. Di tengah cobaan ini, Khadijah berdiri di sisi beliau, memberikan dukungan moral, fisik, dan materi. Khadijah mengorbankan harta kekayaannya demi perjuangan dakwah suaminya, menunjukkan betapa besar pengorbanan dan cintanya kepada Rasulullah ﷺ dan agama Islam.
Khadijah adalah wanita terhormat dan kaya raya, tetapi ia tidak tergesa-gesa dalam memilih suami. Banyak tokoh penting Quraisy melamarnya, tetapi Khadijah menolak mereka. Ia mencari sosok suami yang tidak hanya kaya harta, tetapi juga kaya hati dan akhlak.
Khadijah melihat kualitas luar biasa dalam diri Rasulullah ﷺ, meskipun usia beliau lebih muda 15 tahun darinya. Setelah mendengar laporan dari Maisarah, utusannya, tentang kejujuran dan amanah Rasulullah dalam berdagang, Khadijah semakin yakin bahwa Rasulullah adalah sosok yang ia cari. Kebijaksanaan dalam memilih pasangan inilah yang menjadi salah satu sifat mulia Khadijah.
Khadijah dikenal sebagai wanita yang penuh kasih sayang. Ketika Halimah as-Sa’diyah, ibu susuan Rasulullah ﷺ, datang berkunjung ke Makkah, Khadijah menunjukkan perhatian besar kepadanya. Rasulullah menyambut kedatangan Halimah dengan penuh kegembiraan dan kasih, dan Khadijah pun ikut serta dalam kebahagiaan ini.
Khadijah memberikan 40 ekor kambing dan seekor unta kepada Halimah sebagai bekal untuk dibawa pulang. Hati Khadijah yang pengasih dan dermawan membuatnya selalu mendukung suaminya, baik dalam hal materi maupun emosional.
Kedermawanan Khadijah bukanlah hal yang asing. Ia selalu berusaha menyenangkan hati Rasulullah ﷺ, salah satunya dengan menyambut baik setiap keputusan beliau. Ketika Rasulullah memutuskan untuk mengasuh Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah, Khadijah menyambut mereka dengan penuh kasih sayang, seakan-akan mereka adalah anak kandungnya sendiri. Kedermawanan Khadijah tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam memberikan cinta dan perhatian kepada orang-orang di sekitarnya.
Khadijah dikenal dengan julukan Ath-Thahirah, yang berarti wanita suci. Di tengah masyarakat Makkah yang dipenuhi oleh kemaksiatan dan kebiasaan jahiliyah, Khadijah menjaga kehormatannya dengan baik. Ia hidup dalam kebersihan hati dan kehormatan diri, sesuatu yang sangat langka di zaman itu.
Sifat kesucian dan keteguhan Khadijah dalam menjaga kehormatan diri inilah yang membuatnya begitu dihormati oleh masyarakat dan dicintai oleh Rasulullah ﷺ.
Sifat-sifat mulia Khadijah radhiyallahu ‘anha ini membuat Aisyah mencemburuinya. Khadijah adalah sosok wanita yang sempurna di mata Rasulullah ﷺ. Kebijaksanaan, kedermawanan, keteguhan iman, dan kasih sayangnya adalah sifat-sifat yang membuat Rasulullah ﷺ begitu mencintainya.
Sebagai umat Islam, kita bisa meneladani sifat-sifat Khadijah dalam kehidupan sehari-hari. Fokuslah pada pengembangan diri, keilmuan, dan menjaga kehormatan. Ingatlah bahwa Allah telah menjanjikan dalam surah An-Nur ayat 26 bahwa lelaki yang baik untuk perempuan yang baik, dan begitu pula sebaliknya. Maka, teruslah berikhtiar, menjaga diri, dan percayalah bahwa Allah akan mendatangkan jodoh yang tepat pada waktunya.
Semoga kita semua bisa meneladani Khadijah dan menjadi hamba yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya. Aamiin.
Sumber: 35 Sirah Shahabiyah karya Syaikh Mahmud al-Mishri