Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Bekerja dan Masuk Surga

Ditulis oleh Maulana Helmi W.

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Bekerja dan Masuk Surga

kisah-istri-rasulullah-yang-bekerja
unsplash

“Istri itu urusannya di rumah saja. Cukup mengurus rumah dan memasak. Soal bekerja, itu tugas suami.”

Pernahkah mendengar pernyataan seperti ini? Bagi sebagian orang, mungkin terdengar menjemukan dan membatasi peran seorang istri. Namun, mari kita melihat sebuah kisah dari zaman Rasulullah ﷺ yang mungkin bisa mengubah cara pandang kita tentang peran perempuan dalam Islam, sekaligus menggugah semangat kaum muslimah.

Suatu ketika, Rasulullah ﷺ berkata bahwa istri beliau yang akan meninggal setelah beliau wafat adalah yang memiliki tangan paling panjang. Para istri Rasulullah ﷺ, yang dikenal sebagai Ummahatul Mukminin (Ibu-ibu orang mukmin), segera berlomba-lomba mengukur tangan mereka. Mereka berharap menjadi yang pertama menyusul Rasulullah ﷺ ke surga setelah beliau wafat. Setiap hari, mereka sering kali membandingkan tangan mereka, berharap ada perubahan yang menunjukkan siapa di antara mereka yang akan lebih dulu bertemu dengan Rasulullah ﷺ di akhirat.

Namun, ternyata bukanlah yang memiliki tangan panjang secara fisik yang meninggal lebih dahulu, melainkan Zainab binti Jahsy, salah seorang istri Rasulullah ﷺ. Zainab mendapat julukan Ummul Masakin, atau “Ibu orang-orang miskin”, karena ia rajin bersedekah dan membantu kaum fakir. Secara fisik, Zainab tidak bertubuh tinggi dan tangannya tidak sepanjang istri-istri lainnya. Namun, makna dari “tangan panjang” yang disabdakan Rasulullah ﷺ ternyata bukanlah panjang secara harfiah, melainkan melambangkan orang yang banyak bersedekah dengan tangannya.

Zainab Binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Pekerja Keras dan Dermawan

Zainab binti Jahsy adalah salah seorang istri Rasulullah ﷺ yang dinikahkan langsung oleh Allah SWT dari atas tujuh lapis langit. Suatu kehormatan yang tak dimiliki istri-istri Rasulullah ﷺ lainnya. Zainab pernah dengan bangga berkata, “Kalian dinikahkan oleh wali-wali kalian, sedangkan aku dinikahkan oleh Allah Ta’ala dari tujuh lapis langit.”

Salah satu keistimewaan Zainab adalah keuletannya dalam bekerja. Ia bukanlah istri yang hanya berdiam di rumah tanpa kegiatan. Zainab bekerja dengan tangannya sendiri. Ia menyamak kulit dan menjahitnya menjadi berbagai barang, lalu menjualnya di pasar. Penghasilannya dari hasil kerajinan tangan ini ia sedekahkan kepada orang-orang miskin, hingga ia dikenal sebagai Ummul Masakin.

Bahkan karena kemurahan hatinya, Zainab tidak meninggalkan warisan sepeser pun ketika wafat, sebab seluruh hartanya telah ia sedekahkan. Zainab benar-benar menjadi tempat berlindung bagi kaum fakir, dan julukan Ibu orang-orang miskin sangat pantas disematkan kepadanya.

Zainab dan Ibadah yang Luar Biasa

Tidak hanya dikenal sebagai pekerja keras dan dermawan, Zainab binti Jahsy juga memiliki ibadah yang luar biasa. Aisyah, istri Rasulullah ﷺ yang lain, pernah memuji Zainab dengan berkata, “Aku belum pernah menemukan wanita yang lebih baik keagamaannya dari Zainab, tidak pula yang lebih bertaqwa kepada Allah Ta’ala, lebih jujur ucapannya, lebih kuat menjaga hubungan kekeluargaan, lebih banyak bershadaqah, dan lebih kuat pengorbanan dirinya atas shadaqah dan usahanya mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dari Zainab. Hanya satu kekurangannya, ia cepat terbawa emosi tapi juga cepat meredamnya.”

Zainab rajin berpuasa dan melaksanakan shalat malam. Meski memiliki satu kelemahan, yaitu mudah terbawa emosi, Zainab pun cepat untuk meredam kemarahannya. Begitu tinggi derajat ibadah dan kepribadian Zainab di mata Aisyah dan para sahabat lainnya.

Rasulullah Tidak Melarang Istrinya Bekerja

Jika kita melihat kisah ini, tentu kita bisa mengambil pelajaran penting: Rasulullah ﷺ tidak pernah melarang istrinya bekerja, bahkan hingga ke pasar untuk menjual hasil kerajinan. Jika Rasulullah ﷺ memang melarang istri-istri beliau untuk bekerja di luar rumah, tentu kisah Zainab ini tidak akan sampai kepada kita hari ini. Sebaliknya, Zainab diberi kebebasan untuk menekuni usaha yang ia gemari dan menggunakan hasil kerjanya untuk membantu orang lain.

Pesan untuk Suami dan Istri

Dari kisah Zainab binti Jahsy, kita bisa mengambil pelajaran berharga. Bagi para calon suami, ingatlah bahwa istri yang kelak kalian pinang adalah seorang individu yang memiliki potensi dan bakat. Sebagai pasangan, tugasmu adalah mendukungnya untuk mengembangkan potensi tersebut sehingga bisa memberi kontribusi lebih besar, tidak hanya untuk keluarga, tetapi juga untuk umat Islam.

Di sisi lain, bagi para calon istri, jangan pernah berhenti belajar dan mengembangkan diri. Ilmu yang kau pelajari sekarang adalah bekal yang akan sangat berharga di masa depan. Memang benar, peran utama seorang istri ada di rumah, tetapi peran di luar rumah tidak boleh dikesampingkan. Engkau adalah rahim peradaban. Dari rahimmu, lahir sosok-sosok besar yang akan menjadi masa depan umat ini.

Semoga kisah Zainab binti Jahsy menjadi inspirasi bagi kita semua, dan insyaAllah di lain kesempatan, kita akan membahas lebih banyak tentang peran penting istri-istri Rasulullah ﷺ dalam pembangunan umat Islam.

Sumber: 35 Sirah Shahabiyah karya Syaikh Mahmud al-Mishri

Perusahaan

S&K

Media Sosial

Youtube

with ❤️ menujunikah.co.id